Laman

Translate

Rabu, 10 Juli 2013

Theodolit

PENDAHULUAN
Teodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon ( detik ). Dalam pekerjaan – pekerjaan ukur tanah, teodolit sering digunakan dalam pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun pengamatan matahari. Teodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut vertikalnya dibuat 90. Dengan adanya teropong yang terdapat pada teodolit, maka teodolit bisa dibidikkan ke segala arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan gedung, teodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.

NAMA-NAMA BAGIAN THEODOLIT
Secara umum, konstruksi teodolit terbagi atas tiga bagian :
1. Bagian Atas, terdiri dari :
a. Teropong / teleskope
b. Lingkaran skala tegak
c. Nivo tabung
d. Sekrup okuler dan obyektif
e. Sumbu mendatar ( sb. II )
f. Sekrup gerak vertikal
g. Teropong bacaan sudut

2. Bagian Atas, terdiri dari :
a. Penyangga bagian atas
b. Sekrup mikrometer
c. Sumbu tegak ( sb. I )
d. Nivo kotak
e. Sekrup gerak horisontal

3. Bagian Bawah, terdiri atas :
a. Lingkaran skala mendatar
b. Sekrup repetisi
c. Tiga sekrup penyetel
d. Tribrach
e. Kiap

MACAM / JENIS THEODOLIT
Macam teodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu :

1. Teodolit Reiterasi ( Teodolit Sumbu Tunggal ) Dalam teodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa diatur. Theodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type To ( Wild ) dan type DKM-2A ( Kern ). Lihat skem akonstruksinya !
2. Theodolit Repetisi Konstruksinya kebalikan dengan teodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapat diatur dan dapat mengelilingi sumbu tegak ( sumbu I ). Akibat dari konstruksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0, dapat ditentukan ke arah bidikkan / target yang dikehendaki. Teodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type TM 6 dan TL 60-DP ( Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51 ( Zeiss ). Lihat skema konstruksinya !
Macam theodolit menurut sistem psmbacaannya :
1. Theodolit sistem bacaan dengan Index Garis
2. Theodolit sistem bacaan dengan Nonius
3. Theodolit sistem bacaan dengan Micrometer
4. Theodolit sistem bacaan dengan Koinsidensi
5. Theodolit sistem bacaan dengan Digital

Macam teodolit menurut akala ketelitian :
1. Theodolit Presisi ( Type T3 / Wild )
2. Theodolit Satu Sekon ( Type T2 / Wild )
3. Theodolit Sepuluh Sekon ( Type TM-10C / Sokkisha )
4. Teodolit Satu Menit ( Type To / Wild )
5. Teodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern )

PERSYARATAN OPERASI THEODOLIT
1. Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II ( dengan menyetel nivo tabung dan nivo kotaknya ).
2. Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II.
3. Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan garis indeks skala tegak.
4. Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II. ( syarat 2, 3, 4 sudah dipenuhi oleh pabrik pembuatnya )

 CARA-CARA PENYETELAN THEODOLIT :
1. Dirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
2. Pasang pesawat di atas kepala statif dengan mengikatkan landasan pesawat dan sekrup pengunci di kepala statif.
3. Stel nivo kotak dengan cara : 
a. Putarlah sekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung nivo bergeser ke arah garis sekrup C. ( lihat gambar a )
b. Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ke tengah. ( lihat gambar b )
4. Setel nivo tabung dengan sekrup ungkit ( helling ).
Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel (sekrup ABC), maka caranya adalah :

a. Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup AB ( lihat gambar a)
b. Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga gelembung nivo bergeser ke tengah ( lihat ganbar a ).
c. Putarlah teropong 90 ke arah garis sekrup C ( lihat gambar b ).
d. Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ke tengah-tengah.
5. Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan cara memutar teropong ke segala arah. Bila ternyata posisi gelembung nivo bergeser, maka ulangi beberapa kali lagi dengan cara yang sama seperti langkah sebelumnya. Penyetelan akan dianggap benar apabila gelembung nivo kotak dan nivo tabung dapat di tengah-tengah, meskipun teropong diputar ke segala arah.

6. Pesawat diarahkan ke segala arah.
Cara pembacaan bak ukur : Pada rambu ukur akan terlihat huruf E dan beberapa kotak kecil yang berwarna merah dan hitam yang berada di atas warna dasar putih. Setiap huruf E mempunyai jarak 5 cm dan setiap kotak kecil panjangnya 1 cm.

LANGKAH PERHITUNGAN
1. Perhitungan Jarak
Jika memakai sudut vertikal (zenith) :
do = (BA-BB) x 100 x sin V , jarak optis
do = (BA-BB) x 100 x sin2 V , jarak datar
Jika memakai sudut vertikal (elevasi) :
do = (BA-BB) x 100 x cos V , jarak optis
do = (BA-BB) x 100 x cos2 V , jarak datar

2. Perhitungan Beda Tinggi ( ∆h )
Jika memakai sudut vertikal (zenith) :
∆h = ta + dh - BT tan V
Jika memakai sudut vertikal (elevasi) :
∆h = ta + (dh x tan V) - BT

3. Perhitungan Ketinggian TPx = TP1 + ∆h , TP1 adalah ketinggian di titik pesawat

PESAWAT TEODOLIT TOPCON TL 6 G 


Cara membaca sudut :



Hasil bacaan sudut horisontal : 000 17’ 20”
Contoh bacaan mikro meter :





PESAWAT TEODOLIT T1 AE
 


Keterangan :
1. Visir                                             11. Centring optis
2. Teropong                                      12. Sekrup gerak halus horisontal atas
3. Sekrup pengunci gerak vertikal         13. Sekrup gerak halus pengunci atas
4. Sekrup okuler                                14. Sekrup pengunci grk halus hz bwh
5. Kaca penerang                               15. Sekrup gerak halus horisontal bwh
6. Teropong pembaca sudut                16. Lensa penerang
7. Sekrup obyektif                              17. Nivo kotak
8. Sekrup gerak halus vertikal             18. Tribarch
9. Nivo tabung                                  19. Sekrup penyetel
10. Sekrup mikrometer                       20. Statif